Ayo berbagi agar lebih bermanfaat

Jumat, 28 November 2014

Guru sebagai pembentuk generasi penerus pembangkit islam


Guru sebagai pembentuk generasi penerus pembangkit islam

Bagaimana peran Guru yang ideal?
Seorang guru/pendidik mestinya mampu membentuk seorang peserta didik menjadi muslim yang tangguh. Dengan ketangguhan itu peserta didik akan tahu mana ilmu yang wajib bagi dirinya (fardu ‘ain) dan mana yang diwajibkan untuk masyarakat (fardu khifayah) sehingga peserta didik akan meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.

Ketangguhan itu didapat dengan memahamkan peseta didik tentang suatu prinsip penting. Peserta didik harus mampu menemukan satu tujuan yang akan mengarahkan ia untuk mencapat tujuan tersebut. Dengan begitu peserta didik yang sejatinya adalah ummat tidak akan manjadi manusia plin-plan karena memiliki standar hidup yang sesuai dengan fitrah manusia.

Pemahaman yang harus dipahamkan guru adalah aqidah aqliyah yang benar kepada peserta didik. Suatu keyakinan yang diperoleh dari proses berpikir. Peserta didik sebagai manusia yang dianugerahi akal harus diajak berpikir tentang dirinya dan fakta-fakta yang ada disekitarnya. Manusia yang tinggal di alam semesta dan diberi kehidupan apakah ada dengan tanpa tujuan. Ketika direnungkan manusia yang hidup di dunia ini berawal dan berakhir. Begitu juga denga hewan yang memiliki kehidupan juga berawal dan berakhir. Peserta didik harus diajak berpikir sebelum kehidupan dunia ini dimanakah kehidupan? Dan setelah kehidupan dunia ini dimanakah kehidupan? Berdasarkan hal ini akan timbul tiga pertanyaan yang sangat mendasar yang pasti muncul dalam benak peserta didik; 1) dari manakah manusia berasal?, 2) Kemanakah manusia setelah kematian?; 3) Untuk apa manusia hidup?

Menjawab tiga pertanyaan yang mendasar tadi dengan tepat akan menjadikan peserta didik berideologi islam. Peserta didik memahami manusia berasa dari Allah swt, kembali pada Allah swt, dan hidup untuk menaati seruan-seruan Allah swt. Segala perbuatan yang dilakukan terikat dengan seruan-seruan Allah swt. Perbuatan-perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt kelak. Aturan yang berasal dari Allah swt menjadi penghubung kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia ini. Dengan demikian guru dan peserta didik akan memiliki tujuan yang sama. Tujuan yang sama ini akan memudahkan copy paste ilmu kepada peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas seorang guru/pendidik yang ideal itu adalah guru yang mampu;
  1. Menjadikan peserta didik memiliki prinsip yang kokoh/berideologi islam.
  2. Mengarahkan peserata didik untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat.
  3. Memahamkan peserta didik tentang ilmu yang fardhu ‘ain dan fardhu khifayah.
  4. Memahamkan kepada peserta didik bahwa islam itu untuk diamalkan bukan sekedar dipelajari.

Untuk mencapai target guru ideal tersebut seorang guru haruslah memiliki pola pikir islam dan pola sikap islam.  Guru harus mampu mengispirasi peserta didik. Guru harus menjadikan dirinya panutan bagi peserta didik sehingga peserta didiknya ingin menjadi seperti dirinya. Ketika  peserta didik melihat gurunya ia langsung termotivasi untuk menuju kebangkitan. Kesemua itu dapat terwujud dengan memenuhi kualifikasi guru yaitu; 
  1. Amanah/tanggung jawab untuk membangun kepribadian islam pada diri peserta didik. 
  2. kafa’ah/memiliki kemampuan di bidangnya dan memahami visi, misi tujuan pendidikan islam. 
  3. Himmah/etos kerja tinggi. 
  4. Guru harus berideologi islam/berkepribadian islam agar bukan sekedar menjalankan fungsi mengajar tetapi juga fungsi mendidik.


Realitas; Peran Guru Saat ini
Guru sebagai stake holder terpenting dalam dunia pendidikan saat ini ternyata tidak mampu menjadikan peserta didik memiliki karakter yang baik. Para alumnus dari instansi pendidikan banyak yang tidak memiliki keperibadian islam. Alumnus yang menjadi pejabat dalam pemerintahan banyak yang korupsi. Disisi lain banyak sekali terjadi tauran antar peserta didik dimana mereka sejatinya sudah dididik oleh guru-guru professional. Peserta didik hanya mementingkan kesenangan dan materi karena sistem pendidikan yang diterapkan memang untuk menjadikan peserta didik menjadi sosok yang materialistik.

Sebagai seorang pendidik penulis memperhatikan guru-guru disekolahan juga banyak yang jauh dari karakter/kualifikasi guru yang diharapan. Guru-guru itu lebih cenderung ditakuti oleh peserta didik. Ketika berkomunikasi guru-guru itu menggunakan nada tinggi berekspresi marah. Pendekatan seperti ini tidak mewujudkan persahabatan antara guru dengan peserta didik. Guru-guru itu juga tidak memberikan tauladan yang baik seperti tidak konsisten dengan apa yang dijelaskannya, misal dalam pelajaran ia menjelaskan bahwa merokok itu merusak paru-paru namun dalam keseharian ia merokok dihadapan siswanya.

Lebih dalam lagi guru-guru yang ada tidak berideologi islam. Memeluk islam tidak secara totalitas. Wajar saja ini terjadi akibat ketiadaan pendidikan bagi guru untuk masuk kedalam islam secara kaffah. Para guru-guru ini juga dibentuk oleh dosen-dosen S2, S3, dan propesor yang juga tidak berideologi islam. Lebih lanjut dari akar sudah bermasalah. Sistem pemerintahan demokrasi sekuler menutup jalan bagi para pengikutnya untuk mendalami islam sebagaimana yang diajarkan oleh rasulullah saw.

Benar banyak juga guru-guru yang baik, santun kepada siswanya, dan senantiasa menasehati siswanya. Namun ini tidak akan berarti dalam membentuk peserta didik agar memiliki karakter yang baik. Terlebih lagi peserta didik tidak hanya belajar di sekolah namun juga di rumah dan dari lingkungan masyarakat. Sebaik apa pun guru di sekolah/universitas mendidik peserta didik tidak akan memberikan hasil yang signifikan karena belum tentu peserta didik mendapatkan pelajaran yang baik dari orang tuanya. Apalagi dari lingkungan masyarakat; media televisi, pergaulan bebas, yang sangat jauh sekali dari islam. Dengan demikian ada tiga komponen sebagai sumber belajar peserta didik yaitu sekolah, rumah, dan masyarakat. Tampak sekali kerusakan yang ada di dunia pendidikan diakibatkan diterapkannya sistem demokrasi liberal yang memisahkan kehidupan dengan agama. Islam justru mengatur kehidupan sesuai fitrah sehingga memuaskan akal dan menentramkan jiwa. Islam menjadikan manusia mulia di dunia dan akhirat.

Walhasil guru tidak mampu membentuk karakter islam/berideologi islam pada diri peserta didik disamping guru memang hanya menguasai satu bidang. Guru pun harus mengikuti kurikulum yang lahir dari rahim demokrasi liberal dimana kurikulum itu mengarahkan peserta didik untuk menjadi liberal.

Sistem Pendidikan Islam Vs Demokrasi Liberal
Pemerintah telah melakukan perbaikan kurikulum yang tujuannya agar peserta didik selain berpengetahuan juga memiliki sikap yang baik, agama yang baik, dan keterampilan yang baik. Ternyata perubahan kurikulum ini awalnya diterima dengan tidak ikhlas oleh para guru. Membuat guru-guru stress dengan sistem penilaian yang rumit menurut mereka. Seiring berjalannya waktu guru mulai terbiasa dengan kurikulum baru. Tetap saja perubahan kurikulum ini tidak akan membentuk karakter islam dalam diri peserta didik. Disamping buku-buku terbitan kurikulum 2013 ada yang bertentangan dengan islam sebagai bukti liberalnya tujuan pendidikan. Peserta didik juga diajari oleh orang tua dan masyarakat yang sekuler akibat penerapan sistem demokrasi sekuler.

Sistem pendidikan mencakup tiga komponen yaitu sekolah, rumah, dan masyarakat. Dengan menganalisis fakta saat ini sistem pendidikan liberal telah berhasil membentuk generasi penerus yang kapitalis liberal. Demokrasi berhasil membuat sekolah-sekolah yang lulusannya bersifat materialistik dan kurang peduli terhadap islam. Demokrasi berhasi membentuk masyarakat yang bebas, media yang bebas, dengan banyak mengabaikan hukum-hukum islam. Pendidikan di rumah juga pendidikan yang jauh dari islam karena orang tua adalah bagian dari masyarakat yang tidak berideologi islam.

Dengan demikian sistem pendidikan yang ada saat ini tidak akan mampu membangkitkan islam. Manusia yang diciptakan dengan tujuan mengabdi kepada Allah swt tidak akan terlaksana secara kaffah karena sistem pendidikan menjauhkan peserta didik dari islam kaffah.

Sistem pendidikan islam berangkat dari hakikat hidup manusia yaitu jawaban dari tiga pertanyaan mendasar; dari mana, mau kemana, dan untuk apa. Manusia pada hakikatnya adalah hamba Allah swt dan diamanahi Allah swt sebagai pengelola bumi. Sebagai hamba Allah swt peran hidup manusia adalah beriman dan taat pada syariat Allah swt. Dengan demikian pembinaan pendidikan harus menghasilkan syakhsiah islamiyah (manusia yang berpola pikir islam dan pola sikap islam). Sebagai pengelola bumi peran hidup manusia adalah memakmurkan bumi berbekal syariah Allah swt dan Sains Teknologi. Dengan demikian pembinaan pendidikan harus dengan penguasaan saintek dan melalui penerapan syariah untuk rakmatan lil alamin.

Berdasarkan penjelasan di atas tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan islam adalah; 1) membentuk kepribadian islam, 2) menguasai pengetahuan islam, 3) menguasai ilmu kehidupan (sains teknologi dan keahlian).

Berdasarkan sirah Nabi SAW dan tarikh Daulah Khilafah, Negara memberikan jaminan pendidikan secara Cuma-Cuma (bebas biaya) dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kesejahteraan dan gaji para pendidik (guru) sangat diperhatikan dan merupakan beban yang harus dipikul Negara serta diambil dari kas baitul mall. Di madrasah Al Mustanshiriah yang didirikan oleh Khalifah Al Muntashir di kota Baghdad, setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga 1 dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya. Fasilitas sekolah lengkap, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit dan pemandian. Dan jauh sebelumnya, Ad Damsyiqi mengisahkandari Al wadhiyah bin Ataha bahwa khalifah Umar Ibnu Khattab memberikan gaji kepada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di kota madinah masing-masing sebesar 15 dinar setiap bulan (1 dinar = 4,25 gram emas).

Solusi tuntas
Institusi Negara ummat islam runtuh pada 3 maret 1924. Menurut perhitungan masehi ketiadaan Negara islam sudah 90 tahun terhitung hingga 2014 ini. Suatu peradaban yang kuat disebabkan karena adanya institusi sebagai wadah penerapan  idiologi yang di embannya. Pelaksanaan syariah secara menyeluruh hanya bisa diterapkan dengan adanya Negara yang menggunakan sistem pemerintahan islam seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Pemerintah yang menggunakan sistem pemerintahan demokrasi tidak akan mungkin menjalankan sistem pendidikan islam. Sistem pemerintahan demokrasi hanya melahirkan sistem-sistem yang serba sekuler termasuk sistem pendidikan karena asas dasarnya adalah sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupan. Fakta menunjukkan bahwa peran guru dalam sistem demokrasi tidak menjadikan peserta didik menjadi manusia yang mampu berpikir secara cemerlang. Peserta didik kebanyakan tidak memiliki tujuan yang jelas selain tujuan materi yang bersifat duniawi.

Dengan demikian harus tumbuh kesadaran bagi ummat - termasuk di dalamnya guru - bahwa sistem yang memisahkan kehidupan dengan agama adalah sistem yang kufur. Dengan kesadaran itu guru akan meluruskan aqidahnya sehingga guru akan berideologi islam. Ideologi islam akan mendorong pengembannya untuk taat kepada sang Pencipta sehingga melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua laranganNya. Ketaatan ini berbentuk penerapan syariah secara totalitas sebagaimana diwajibkan Allah kepada orang-orang yang beraqidah islam (QS. 2:208). Penerapan secara totalitas harus dilakukan dengan menegakkan suatu institusi yang melaksanakannya yaitu daulah islam dengan bingkai khilafah islam. Sehingga  akan lahir dari aqidah tersebut sebuah sistem pendidikan yang sesuai dengan hakikat tujuan penciptaan manusia. Disinilah guru-guru akan berperan aktif membentuk karakter generasi penerus yang islami. Yang siap berjuang menjadikan islam sebagai rahmatan lil alamin.

Allahualam


Jumat, 28 Maret 2014

Muhasabah Aqidah



Muhasabah
Assalamu’alaikum.wr.wb                
Saudaraku,.. sejenak mari kita merendahkan diri, berserah kepada Allah swt.
Jika ingin menangis, maka menangislah, sebagai tanda kelembutan hari kita.

Saudaraku seiman..
Pernahkan kita bersyahadat secara sadar?
Sadarkah kita bahwa kita telah bersaksi dan bersumpah.
Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.
Jangan sampai materi menjadi tuhan yang lain bagi kita.
Jangan sampai kita berselisih paham tanpa mengembalikannya kepada Allah dan RasulNya.

Saudaraku seiman..
Ketika kita mengucapkan dua kalimat shahadat.
Seketika itu juga kita kita menanggung konsekuensi keimanan kita.
Artinya, kita terikat dengan seruan-seruan Allah, terikat dengan aturan-aturan Allah.
Jika kita mengikat diri, insyaAllah surga bagi kita.
Jika kita melepas ikatan itu, semoga kita segera bertobat.

Saudaraku,
Bukankah kita berasal dari Allah, Hidup untuk Allah, dan kembali kepada Allah.
Lantas kenapa hukum-hukum Allah tidak ditaati dan terabaikan?
Berapa banyak praktek riba di negeri ini?
Berapa banyak anak manusia yang terhanyut oleh sex bebas?
Berapa banyak kemaksiatan yang terjadi di dunia ini?
Apakah hukum Jahiliyah yang kita inginkan?    Tentu tidak.
Sungguh hukum Allah lebih baik bagi orang-orang yang yakin.

Ya Allah sang Pencipta Manusia, Pencipta Alam Semesta, dan Pencipta Kehidupan.
Kami hanyalah sebutir pasir di gurun yang luas, layaknya setetes embun di lautan samudera.
Kami hanyalah makhluk kecil dibandingkan Alam CiptaanMu.
Kami hanyalah makhluk kecil yang serba lemah, kurang, dan terbatas.

Ya Allah sang Pencipta Manusia, Pencipta Alam Semesta, dan Pencipta Kehidupan.
Kami manusia yang sering bersalah kepadaMu, Melanggar syariatMu, Bermaksiat kepadaMu.
Terkadang lupa, bahwa kami makhluk yang diciptakan.
Terkadang lupa, bahwa kami telah bersyahadat?
Terkadang lupa, bahwa kami terikat dengan seruanMU?

Astagfirullahalazim... Astagfirullahalazim... Astagfirullahalazim...
Mohon ampun atas dosa-dosa kami ya Allah..
Mohon ampun atas dosa-dosa kami ya Allah..

Saudaraqu seaqidah
Pernahkah kita bertanya, sebesar apa kontribusi kita terhadapa agama ini.
Pernahkah kita menyadari apa sebenarnya tuntutan agama ini.
Sudahkah kita mengikuti Rasul dan sahabat memperjuangkan islam.
Jika Belum, mari kita pahami agama ini dengan cemerlang.
Jika Sudah.
Apakah kita sungguh-sungguh memperjuangkan aqidah ini.
Apakah benar, kita telah berkorban harta dan jiwa sebagaimana sahabat dulu berkorban.

Mari saudaraku.
Bulatkan tekad. Jadikanlah aktivitas Rasul dan sahabat sebagai aktivitas kita.
Rasul yang dijamin masuk surga, beberapa sahabat juga dijamin masuk surga.
Inilah yang pantas diikuti, dijadikan suritauladan agar kita pun masuk ke dalam surga Allah.
Lakukanlah dengan ikhlas dan tegar dengan berharap ridho Allah.
Cobaan tentu akan kita hadapi, sebagaimana cobaan yang dihadapi Rasul dan sahabat.
Namun Pahamilah saudaraku, cobaan itulah yang mengantarkan kita ke Surga.
Allah swt dengan tegas mengabarkan kepada kita dalam firmanNya.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?” (TQS Al-Baqara: 214)

Saudaraku yang kucintai karena Allah.
Apakah kita telah menetapkan diri kita sebagai pengemban dakwah.
Hal apa yang membuat kita pantas untuk merasakan surganya Allah.
Sudahkan kita mempersiapkan diri untuk itu?

Mari kita persiapkan diri saudaraku,.
Taat kepada Seruan Allah,.
Giat memahami Agama ini,.
Rajin berdakwah,.
Menjadi manusia sholeh/sholehah dirindukan surga,.

Wabillahi taufi walhidayah
Assalamu’alaikum.wr.wb.

Tentang Saya

Foto saya
Jalan Lebe Kader, Gelengang (1001); Jalan Anugerah Lorong Sejahtera, Takengon., Aceh Tengah, Indonesia
Seorang yang ingin selalu menambah ilmu agar selamat dunia dan akhirat, Pencari Kebenaran dari sisi Pencipta swt. Berdakwah meneruskan visi misi Rasulullah saw

Ads