Ayo berbagi agar lebih bermanfaat

Kamis, 09 Februari 2012

Memaknai arti kata Hidayah

Di lingkungan kita, banyak sekali orang yang mengatakan saya belum mendapatkan hidayah, sehingga ia enggan untuk memeluk islam secara kaffah (menyeluruh), enggan mempelajari islam itu secara complate (lengkap).

Saudaraqu, Sebelum kita panjang lebar memaknai arti hidayah,  Saya ingin mengajak saudaraku sekalian untuk mengetahui asal kata hidayah. Dalam bahasa arab hidayah berasal dari kata hada-yahdii-hidayatan yang artinya menunjuki, hidayah sendiri artinya petunjuk.
Berikut salah satu contoh petunjuk:
Jika kamu ingin bertemu saya di Universitas Negeri Medan dari Flaza Medan Fair, Maka kamu terlebih dahulu jalan kaki ke depan Medan Plaza untuk mengambil angkot, angkot yang dapat kamu naiki adalah 103, 104, 42, yang menuju Aksara, hati-hati karena ada juga yang menuju Padang Bulan. Bilang saja pada supirnya akan turun di Unimed. Kamu akan turun di pintu gerbang Unimed. Silahkan bertanya pada satpan “dimana lab fisika yang baru?” satpam tersebut akan mengarahkan dan kamu akan sampai di lab fisika yang baru. Setelah itu sms ke nomor hp saya, saya akan datang menemuimu.”

Untuk mencapai suatu tujuan maka dibutuhkan petunjuk.
Juga seperti hidup kita, hidup ini punya tujuan. Mau tidak mau akhirnya kita akan mati dan hanya ada 2 tempat persinggahan yaitu surga dan neraka. JIka harus memilih keduanya tentunya kita memilih surga. Surga adalah kepunyaan Allah, dan Allah lah yang berhak memberi petunjuk alamatnya. Apakah Allah sudah memberikan petunjuk masuk surgaNya??? Tentu saja jawabannya sudah.

Hidayah telah turun
Al-Qur’an adalah petunjuk (al-huda). Ketika seseorang selalu mengikuti pertunjuk-petunjuk Al-Qur’an dalam menjalani kehidupannya, InsyaAllah ia akan menemui surgaNya,
Firman Allah Ta’ala
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl[16]: 89)

Setiap muslim telah meyakini kebenaran Al-Quran, Namun tetap saja kebanyakan yang membacanya tetap akan merasakan petunjuk seperti ragu, bimbang, pusing dan sebagainya. Banyak yang akhirnya terjebak menjadikan Al-Qur’an justru sebagai tujuan, bukan sebagai petunjuk. Misal, sekelompok kaum muslim lebih mementingkan dan mengagung-agungkan hafalan Al-qur’an dan cara membaca dengan suara yang bagus dan berhenti sampai di situ sajja. Mereka lalai bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk, membacanya adalah sunnah, sedangkan mengamalkannya adalah kewajiban. Maka wajar seseorang tidak mencapai tujuan hidupnya, karena petunjuk yang diberikan Allah hanya dijadikan sebagai hafalan dan bacaan tanpa adanya pengamalan.

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa “Hidayah” Allah sebenarnya telah turun ke tengah-tengah manusia, Yaitu dalam bentuk Al-Qur’an dan As-Sunah. Sehingga tidak relevan apabila seseorang mengatakan “saya belum mendapatkan hidayah.” Akan lebih tepat ia mengatakan “Saya belum mau meraih hidayah”.

Referensi: Beyond the Inspiration
kata Hidayah di Dalam Al-Qur'an (Next Post)

Senin, 06 Februari 2012

Peran Akal dalam Kehidupan Manusia

Allah SWT telah menciptakan manusia dengan 2 hal, yaitu napsu dan akal. Napsu dan akal tersebut adalah fitrah didalam diri manusia.

Sebelum masuk kepada pembahasan peran akal dalam diri manusia, terlebih dahulu kita akan berdiskusi tentang fitrah-fitrah apa saja yang ada di dalam diri manusia. Dengan kata lain kita akan membahas potensi yang ada dalam diri manusia.

Allah SWT Ta’ala berfirman:
Dia (Musa) menjawab, “Tuhan kami ialah tuhan yang telah memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk.” (QS. Taha: 50)
            Maksud ayat ini adalah memberikan akal, insting (naluri), dan kodrat alamiah untuk kelanjutan hidupnya masing-masing.

Pada setiap diri manusia akan terdapat tiga hal tersebut;
Keebutuhan Jasmani
Merupakan kebutuhan dasar yang datang dari dalam diri manusia, yang wajib dipenuhi, jika tidak dipenuhi akan mengakibatkan kematian.
Contoh: Lapar, haus (QS. 23:33), tidur (QS. 30:23), buang hajat, dan lain-lain.

Firman Allah SWT
Yang menciptakan, lalu menyempurnakan (pemciptaan-Nya). Yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi pertunjuk” (QS. Al-A’la: 2-3)

Kebutuhan ini rangsangan nya berasal dari dalam tubuh, seperti halnya lapar, rasa lapar datang dari dalam diri manusia akibat tidak memakan sesuatu makanan. Jika tidak dipenuhi akan mengakibatkan kematian.

Naluri (Ghorizah)
Naluri terdapat pada manusia dan hewan.
Firman Allah SWT,
Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang digunung-gunung, dipohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia.” (An-Nahl: 68)
Seperti halnya seekor burung yang mampu membuat sarangnya di atas pohon. Merangkai menggunakan daun-daun kering untuk membuat sarang tempat bertelur. Maka semua itu dilakukan dengan naluri yang di di ilhamkan Allah kepada diri si burung.
Ghorizah pada manusia terbagi 3;
Ghorizah Baqo’ (mempertahankan diri)
Termasuk didalamnya adalah rasa ingin memiliki, mempertahankan diri, berani.
Keinginan untuk memiliki rumah, pakaian, kendaraan.
Ghorizah Nau’ (biologis)
Termasuk di dalamnya tertarik terhadap lawan jenis, kecintaan pada keturunan, lemah-lembut, rasa iba.
Firman Allah SWT,
Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun telah berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)
Ghorizah Tadayyun’ (Beragama)
Adanya keinginan untuk mensucikan sesuatu, Merasa takut akan siksaanNya.

Naluri beragama juga terdapat pada hewan, namun penampakannya tidak bisa di indra. Hanya keberadaannya dijelaskan oleh Firman Allah SWT,
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.” (QS. Al-isra’: 44)

Dan Firman Allah SWT,
Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nur: 41)

Pada Ghorizah/naluri  rangsangan berasal dari luar tubuh manusia, menyebabkan Kegelisahan jika tidak dipenuhi.

Berikutnya kita akan berdiskusi tentang peran akal,




Kita sebagai manusia hidup di dunia ini sebenarnya hanya untuk memenuhi  2 (dua) hal di atas. Yaitu Kebutuhan jasmani dan semua naluri yang ada.
Pemenuhan itu hendaknya dilakukan dengan melibatkan akal yang sebenarnya sangat berperan penting agar kita berada di jalan yang lurus. Akal terbentuk dari proses berpikir yang akan membuahkan pemahaman. Pemahaman akan menentukan perbuatan kita. Perbuatan itu ada yang salah dan ada yang benar. Ketika benar kita akan mendapat pahala. Ketika salah kita akan mendapat dosa. Perbuatan harus disertai dengan Niat dan Cara yang benar. Sehingga akan menghasilkan insanul amal (amal yang baik).

Agar memiliki Akal yang baik (Membentuk Akal)

Tentang Saya

Foto saya
Jalan Lebe Kader, Gelengang (1001); Jalan Anugerah Lorong Sejahtera, Takengon., Aceh Tengah, Indonesia
Seorang yang ingin selalu menambah ilmu agar selamat dunia dan akhirat, Pencari Kebenaran dari sisi Pencipta swt. Berdakwah meneruskan visi misi Rasulullah saw

Ads