Ayo berbagi agar lebih bermanfaat

Sabtu, 07 April 2012

Memahami Zuhud (Fokus Utama bukan dunia)


Zuhud harusnya menjadi pakaian dan perhiasan setiap muslim baik ia kaya maupun miskin. Muslim yang kaya bisa menjadi orang yang zuhud saat ia tidak disibukkan oleh kekayaannya hingga melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya. Kekayaan itu justru dimanfaatkan untuk menambah ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Segala aktivitasnya adalah ibadah, giat berdakwah, semangat dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT. Seperti yang dicontohkan oleh generasi sahabat yang tergolong kaya seperti Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Usman bin Affan ra., Mushab bin Umair ra., dan lainnya. Meski kaya raya mereka tetap ahli ibadah dan giat berdakwah. Meski kaya raya, mereka tidak disibukkan untuk terus menumpuk harta. Justru hartanya malah dihabiskan di jalan Allah SWT. Bagi mereka hidup kaya bukan suatu kebanggaan, bahkan mereka kuatir dengan kekayaan mereka. Kuatir jika Allah SWT hanya menurunkan seluruh kenikmatan hanya di dunia ini saja dan tak tersisa lagi kenikmatan di akhirat kelak.

Orang miskinpun bisa menjadi orang zuhud saat ia tidak disibukkan dengan kemiskinannya. Kemiskinan tidak menjadi penghalang bagi dirinya untuk taat beribadah dan giat berdakwah. Bahkan meski miskin ia senantiasa bersedekah, jika tidak dengan harta maka dengan tenaga, akal pikiran, atau sekedar senyum pada orang lain.

Orang miskin/kaya bisa jadi sama-sama dihinggapi oleh penyakit hub addunya (kecintaan terhadap dunia) yaitu lawan dari zuhud.
Tidak bisa dikatakan karena seseorang kaya maka ia tidak zuhud,
Tidak bisa juga dikatakan karena seseorang miskin maka ia zuhud,

Zuhud dikatagorikan sebagai suatu pilihan hidup yang bijak. Yaitu memilih hidup untuk tidak terlena dengan kehidupan dunia yang bersifat sementara. Zuhud bukan berarti meninggalkan kehidupan dunia. Sebagai seorang hamba, kita diwajibkan untuk bekerja untuk menciptakan suatu kondisi yang mendatangkan rejeki. Dalam menjemput rejeki haruslah dengan ilmu. Rejeki yang halal digunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan naluri. Terpenuhinya segala kebutuhan akan membuat kita bertahan hidup sehingga kita mampu beribadah dan beramal soleh. Bagaimana mungkin seseorang bisa solat, puasa, zakat, dakwah, dan lain-lain jika ia tidak makan, minum, sehingga ia menjadi lemah. Sehingga bekerja menjadi wajib hukumnya bagi laki-laki. Dalam bekerjapun harus tau halal dan haramnya. Sehingga menuntut ilmu pun menjadi wajib hukumnya.

Imam al-Ghazili menyebutkan cirri-ciri orang yang zuhud.
  1. Tidak bergembira (berlebihan) atas harta yang mereka miliki dan tidak bersedih hati atas harta yang tidak dimiliki atau yang hilang dari diri mereka. Firman Allah SWT : “…agar kalian tidak berduka atas apa ang hilang dari diri kalian dan tidak terlalu bergembira atas apa yang Allah berikan kepada kalian.” (QS. Al-Hadid[57]: 23)
  2. Fujian tidak membuat dirinya bergembira. Celaan tidak membuat dirinya bersedih hati. 
  3. Perhatian terbesarnya hanyalah Allah SWT karena hatinya memang tidak pernah kosong dari rasa cinta kepadaNya.

Imam Hasan al-Bashari membirikan kunci zuhud:
  • Selalu yakin bahwa rejeki kita tidak mungkin diambil oleh orang lain sehingga hati kita selalu merasa tenang, sehingga akan lahir sikap:
Tawakal serta ikhtiar mencari rejeki secara optimal.
Tidak tamak, rakus, serakah tehadap harta.
  • Menyadari bahwa tidak mungkin amal kita dikerjakan oleh orang lain. Sehingga menyibukkan diri kita untuk terus beramal tak kenal lelah. Termasuk amal dakwah.

  • Selalu yakin bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi. Ini akan menjauhkan kita dari perbuatan dosa. Bukan kecil dosanya tetapi kepada siapa sesungguhnya ia berdosa (Abu Nu'aim). Tentu dosa besar atau kecil, hakikatnya sama-sama merupakan maksiat kepada Allah SWT.
  • Selalu yakin bahwa kematian adalah suatu kepastian. Memotivasi untuk terus mempersiapkan bekal demi menghadap kepada Allah SWT.
(Referensi majalah  al-wa'ie oleh Arief B. Iskandar)

Hidup Zuhud akan sangat mudah diperoleh ketika seseorang memahami bagaimana islam yang kaffah (menyeluruh/complete). Giat menuntut ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk diri dan orang banyak. Seorang yang paham agama/ideolegi islam akan senantiasa bersemangat dalam beribadah, antusias dalam bersedekah, giat menuntut ilmu, giat dalam berdakwah. Urusan dunia bukan menjadi fokus utama, Dunia hanya sebagai ladang/alat untuk memperoleh sukses akhirat sebagai fokus utama.
        Semoga Taufik Allah SWT terlimpahkan atas kita semua. Semoga kita senantiasa mempelajari hidayah yang sudah diturunkan di dalam Al-Quran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Saya

Foto saya
Jalan Lebe Kader, Gelengang (1001); Jalan Anugerah Lorong Sejahtera, Takengon., Aceh Tengah, Indonesia
Seorang yang ingin selalu menambah ilmu agar selamat dunia dan akhirat, Pencari Kebenaran dari sisi Pencipta swt. Berdakwah meneruskan visi misi Rasulullah saw

Ads