Tidak ada Keraguan,
Ketika kita membaca
buku-buku atau kitab-kitab karya manusia, maka secara sadar si penulis
menuliskan bahwa karyanya tersebut masih jauh dari kesempurnaan, “Tak ada
gading yang tak retak,” “Mohon saran yang membangun,” dan kata-kata lainnya
yang menyataan bahwa karya itu butuh perbaikan untuk menyempurnakannya.
Saudaraqu,. Seorang
sahabat pernah membaca sebuah kalimat di awal sebuah kitab yang menyatakan
bahwa kitab ini 100% benar dan tidak ada keraguaan di dalamnya. Sahabat yang
satu ini merasa heran dan penasaran sehingga beliau mempelajari isi kitab
tersebut. Melakukan penelitian dengan menggunakan potensi akalnya untuk
menyerap fakta-fakta melalui panca indra dan menghubungkannya dengan
informasi-informasi yang ada. Alhasil beliau menemukan kebenaran dan meyakini
semua informasi yang ada di dalam kitab tersebut.
Sahabat yang dimaksud
adalah seorang chiness yang memeluk islam pada tahun 2002. Dan kitab yang
dimaksud adalah Al-Qur’an.
Firman Allah Swt,
“Kitab
(Al-Quran) ini TIDAK ADA KERAGUAN padanya petunjuk bagi orang yang bertakwa”
(QS. Al-Baqarah[2]: 2)
Manusia, hidup di dunia ini terdiri dari 3
(tiga) karakter, yaitu: mukmin, kafir, dan munafik. Disini kita akan
mendiskusikannya satu per satu.
1. Mukmin
Golongan
Mukmin atau orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang mengikuti segala
perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya.
Amalan
orang-orang yang bertakwa:
(1) Beriman
kepada yang Gaib,
Yaitu
seperti Hari kiamat, hari kebangkitan, akhirat, kehidupan sebelum dan sesudah di
dunia, malaikat, jin.
(2) Melaksanakan
solat,
Solat
wajib, tahajud, duha, dan solat sunah lainnya.
(3) Menginfakkan
sebagian rezeki,
Menyisihkan
sebagian hartanya untuk diberikan kepada anak yatim, fakir, miskin, sedekah
jariah, dan lainnya.
(4) Beriman
kepada kitab-kitab dan adanya akhirat.
Yaitu
Al-Quran, Taurat, Zabur, dan Injil. Mereka mengamalkan seluruh isi Al-Quran,
dan hanya sebatas mengimani kitab-kitab lainnya.
Firman
Allah swt,
“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
(yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka,
dan mereka yang beriman kepada Kitab
(Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Mereka itulah yang tetap mendapat
petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung” (QS.
Al-Baqarah[2]: 2-5)
2. Kafir
Orang
kafir ditandai dengan penolakannya akan kebenaran dan mereka tidak akan beriman.
Orang kafir terbagi atas 2, di masa kekalifahan
dulu ada orang kafir yang dilindungi dan ada orang kafir yang diperangi. Kafir yang
dilindungi adalah mereka yang berada dalam daerah islam serta tunduk dan patuh
pada aturan islam. Sedangkan kafir yang diperangi adalah mereka yang menentang
islam dan ingin menghancurkan islam.
Firman
Allah swt,
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja
bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak
akan beriman.
Allah telah mengunci mati hati dan
pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang
amat berat.” (QS. Al-Baqarah[2]: 6-7)
3. Munafik
Golongan
Munafik adalah mereka yang mengatakan bahwa mereka beriman, padahal mereka
bukan orang yang beriman.
Berikut
ciri-ciri orang munafik;
Mereka
mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang melakukan perbaikan, padahal mereka
melakukan kerusakan.
Contoh
kasus, seorang calon pemimpin yang mengkampanyekan dirinya sebagai orang yang ingin
melakukan perbaikan dengan menjanjikan ini dan itu atau janji palsu. Namun
setelah menjadi pemimpin janji tidak tertepati malah melakukan kerusakan dengan
tindak korupsi, sogok menyogok, kecurangan dalam ujian dan lainnya.
Mereka
mengatakan orang beriman adalah orang yang kurang akal (bodoh), padahal
merekalah orang yang kurang akal.
Contoh
kasus, Orang-orang yang menyepelekan orang yang solat berjama’ah kemasjid,
menyepelekan orang yang melakukan kajian-kajian islam, menyepelekan peran Allah
dalam semua aktivitas dan pencapaian yang diperolehnya.
Mereka
mengatakan dirinya beriman saat berjumpa dengan orang beriman, namun bermaksiat
saat bersama teman-teman munafiknya.
Contoh
kasus, seorang pejabat saat berkumpul dimasyarakat memperbincangkan kebaikan,
namun saat kembali ke kantor atau ke pekerjaannya ia mengabaikan nilai-nilai
kebaikan dengan korupsi, menerima suap dan menyuap, terikat pada aturan tempat
kerja yang pada hakikatnya tidak dibenarkan dalam syariat.
Mereka
membeli kesesatan dengan petunjuk (hidayah).
Contoh kasus, Seorang yang senantiasa berbuat
baik namun niatnya untuk menarik perhatian orang lain, selalu solat
berjamaa’ah dg niat menarik perhatian. Misal tujuannya agar dirinya terpilih
menjadi pemimpin. Solat jalan maksiat juga jalan. Misal dengan melakukan
korupsi.
Allahualambissowab..
Firman
Allah swt,
“Di antara manusia ada yang mengatakan:
"Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.
Dan bila dikatakan kepada mereka:
Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab:
"Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
Apabila dikatakan kepada mereka:
"Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka
menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu
telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh,
tetapi mereka tidak tahu.
Dan bila mereka berjumpa dengan
orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman."
Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan:
"Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok".
Allah akan (membalas) olok-olokan
mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.
Mereka itulah orang yang membeli
kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan
tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah[2]: 8-16)