Di
zaman ini, tata cara orang memandang orang lain sangat tidak tepat. Dalam islam
seorang muslim harus menghormati setiap saudaranya dengan setara, penghormatan
yang indah, dengan penuh kasih sayang antara yang lebih tua dengan yang muda.
Saudaraku,
mengapa saya katakan tidak tepat. Inilah yang akan kita disukisikan. Di zaman
ini, dilingkungan kita penghormatan terhadap seseorang bertumpu pada keadaan fisik,
genetik, nonfisik, dan ekternal.
Yang dimaksud keadaan
fisik adalah seperti keelokan rupa seseorang (ganteng, cantik). Orang2 seperti
ini sering kali lebih diperhatikan dan dihormati dari pada yang kurang elok
rupanya. Bahkan segala prilakunya ditiru, caranya berbicara, berpakaian, dan
lain-lain.
Genetik, yaitu faktor
keturunan seperti ningrat, darah biru, darah ijo dan lainnya. Sering kali
menjadi faktor ia akan lebih dihormati dan di segani.
Non-fisik, yaitu jabatan
atau jenis pekerjaan. Orang yang memiliki jabatan akan dianggap hebat dan patut
dihormati. Contoh kasus. ketika seorang petani ingin menjumpai bupati (yang katanya wakil rakyat), apa yang
terjadi? bupati itu diperlakukan bagaikan raja bahkan ada sebagian pejabat
yang sombong. Terkadang si petani/rakyat harus menunggu berjam-jam di ruang
tunggu. Harusnya kita balik. Si pejabat itu mestinya memperlakukan si
petani/tamu/rakyat dengan penuh penghormatan. Itu baru pas..
Ekternal, yaitu kekayaan,
pendidikan. Orang yang pendidikan formalnya tinggi lebih dihormati. S1, S2, S3.
Orang yang lebih kaya lebih dihormati sedang orang miskin di anggap gembel. Ini tidak pas..
Diskusi tentang karakter
seorang muslim. Sama halnya berdiskusi tentang Kepribadian Islam. Bagaimana
harusnya sifat pribadi seorang muslim itu? Tentunya mencerminkan islam itu
sendiri.
Nah, dalam islam
keperibadian seseorang itu dikatakan bagus bukan dilihat dari faktor fisik, non
fisik, genetik, pendidikan, atau pun kekayaan. Namun itu disandarkan pada dua
hal:
- Pola Pikir
- Pola Sikap
Pola pikirnya adalah pola pikir islam, dan
semua prilakunya (pola sikap) adalah cerminan islam. Pola pikir/ paradigma
islam harus sesuai dengan semua isi Al-Quran dan ajaran Rasulullah SAW. Paradigma
ini akan menentukan bagaimana ia bersikap dalam menjalani hidup ini. Misal:
Dalam menjalani hidup ini harus menerapkan sifat sabar, jujur, amanah dan
lain-lain.
Maka
dalam hal penghormatan pada orang lain pun sesuai dengan paradigma dan pola
sikap yang ada dalam islam itu sendiri. Semua orang harus dihormati baik itu kaya,
miskin, keturunan orang biasa, semua adalah setara. Maka jangan laa
memilah-milah dan menyombongkan diri.
Mari terus memperbaiki diri dan saling mengingatkan.
Mari terus memperbaiki diri dan saling mengingatkan.
Pola
pikir dan pola sikap akan membuahkan amal yang baik. Segala amal soleh akan
dikerjakan, segala yang batil akan ditinggalkan. Pola pikir juga akan
membuahkan iman yang baik, iman yang terus meningkat. InsyaAllah.
Sehingga
kita akan beruntung, dan menyatakan Formula berikut;
Untung Besar = Beriman + Amal Soleh +
Saling Mengingatkan = Surga
(QS Al-Asr)
Saling mengingatkan dapat
dilakukan dengan berda’wah kepada masyarakat. Dakwah dilakukan dengan berbicara. Berbicara adalah action dalam dakwah. Dalam hal ini yang dibicarakan adalah kebenaran, jadi tidak berlaku "talk less do more." Karena yang dilakukan adalah berbicara. Namun begitu, pola sikap juga harus ditonjolkan dengan menjadikan pribadi yang baik. sehingga jadilah ia "talk and do more."
Giatlah menanamkan Pola Pikir islam kepada saudara-saudara kita yang tidak paham. Sehingga semua aktivitasnya mencerminkan keperibadian islam. Lakukan da’wah ini secara berjamaah. Segala yang dilakukan secara berjamaah, InsyaAllah akan lebih baik. Da’wah secara sendiripun tidak ditinggalkan.
Giatlah menanamkan Pola Pikir islam kepada saudara-saudara kita yang tidak paham. Sehingga semua aktivitasnya mencerminkan keperibadian islam. Lakukan da’wah ini secara berjamaah. Segala yang dilakukan secara berjamaah, InsyaAllah akan lebih baik. Da’wah secara sendiripun tidak ditinggalkan.
Semoga bermanfaat.